21 September 2008

JANGAN JADI GELAS

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya yang belakangan ini wajahnya selalu tampak murung. "Kenapa kau selalu murung, Nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Kemana perginya wajah bersyukurmu?" "Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya.", jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Coba ambil segenggam garam dan masukkan ke segelas air itu.", kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.", lanjut gurunya. Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. "Bagaimana rasanya?", tanya Sang Guru. "Asin dan perutku jadi mual.", jawab si murid dengan wajah yang masih meringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan. "Sekarang kau ikut aku.". Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat tinggal mereka.

"Ambil garam yang tersisa dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. "Sekarang, coba kau minum air danau itu.", kata Sang Guru. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?" "Segar, segar sekali!", kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

"Nak.", kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Si murid terdiam, mendengarkan. "Tapi, Nak, rasa asin dari penderitaan yang kau alami itu sangat tergantung dari kebesaran hati yang menampungnya. Jadi, Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu menjadi sebesar danau."

Tidak ada komentar: