10 September 2008

Ahimsa

Kata ahimsa terdapat dalam buku-buku suci agama Hindu klasik Upanishad, Yoga Sutra dan Bhagavad Gita. Secara harfiah kata Sanskrit itu berarti ketiadaan gangguan, ketiadaan serangan atau ketiadaan kejahatan. Ahimsa adalah gaya hidup yang menjauhkan diri dari segala perbuatan yang menyakiti siapa pun atau merusak apa pun. Ahimsa adalah nazar asketis bagi orang yang mencari kebenaran dan kekudusan. Setelah sekian abad kata ahimsa dipakai secara terbatas di kalangan agama Hindu, mendadak pada 1920-an kata itu mencuat menjadi populer ke seluruh dunia.

Yang memperkenalkan kata itu adalah Mahatma Gandhi. Kata itu diterjemahkan menjadi nonviolence atau nirkekerasan. Apakah pemahaman Gandhi tentang ahimsa? Gandhi mengambil alih arti klasiknya lalu ia menambah dengan dimensi-dimensi baru. Dalam karangannya di Harijan ia menulis, Ahimsa means love in the sense of Saint Paul, and much more. Artinya: Ahimsa berarti kasih menurut pengertian Rasul Paulus, dan banyak arti lainnya.

Pemikiran Gandhi itu berdampak bukan sekadar terhadap etimologi kata ahimsa, melainkan terhadap filsafat yang berada di baliknya. Gandhi memberikan dimensi pada konsep ahimsa, dari konsep "janganlah kita menyakiti orang lain" menjadi konsep "hendaklah kita mengasihi orang lain". Kalimat negatif diubah menjadi kalimat positif. Gandhi memberikan dimensi ajaran Kristus pada konsep ahimsa tanpa meninggalkan substansinya yang terdapat dalam ajaran Hindu. Itu bukan berarti bahwa Gandhi menyamakan konsep ahimsa menurut agama Hindu dengan konsep kasih menurut agama Kristen. Yang diperbuat Gandhi adalah memperluas arti ahimsa. Gandhi yang menganut agama Hindu memang mempelajari dan menyukai Alkitab Perjanjian Baru, terutama Kitab-kitab Injil dan Surat-surat Paulus.

2 komentar:

NURHASYILAH HJ MD AKIP mengatakan...

maaf..
boleh anda sertakan tidak sumbernya dari mana??

Anonim mengatakan...

Buku: Andar Ismail, "Selamat Sejahtera - 33 renungan tentang kedamaian", BPK Gunung Mulia, 2005